Posted by DKT RISET PEMASARAN on Saturday, July 25, 2015
Profesional di Indonesia semakin haus akan berbagai kesempatan kerja
baru. Studi Talent Trends 2015 dari LinkedIn mengungkap, jumlah kandidat
aktif di Indonesia meningkat menjadi 34% dari angka tahun lalu yang
hanya sekitar 29%. {
Baca : Metode Penelitian}
Studi ini juga mengungkap sebanyak 83% dari seluruh profesional di
Indonesia, baik yang aktif maupun pasif, mengaku tertarik mendengar
tawaran baik dari perekrut maupun headhunter. Angka ini melampaui
presentase rata-rata global sebesar 78%. Hal ini tentu merupakan kabar
baik bagi para perekrut.
Namun, para perekrut harus menghadapi tekanan terkait kompensasi
karena dalam studi ini terungkap bahwa lebih dari setengah profesional
di Indonesia mengatakan tingkat kompensasi menjadi pertimbangan utama
dalam memutuskan untuk menerima sebuah pekerjaan.{
Baca : Jenis2 Data Penelitian}
Lebih banyak profesional di Indonesia (51%) yang memandang tingkat
kompensasi sebagai faktor utama dalam mempertimbangkan tawaran kerja.
Angka ini lebih tinggi dari angka tahun lalu yang hanya 44%. Angka tahun
ini sama dengan Singapura dan sedikit lebih rendah dari Malaysia yang
mencapai 52%.
Konsekuensinya, semakin berkurangnya profesional yang menempatkan
faktor keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan sebagai
prioritas, hanya 35% dibandingkan angka di tahun 2014 sebanyak 40%. {
Baca : Wawancara}
Dibandingkan dengan negara lain, angka tahun 2015 ini lebih rendah
dari profesional Malaysia sebesar 45%, namun lebih tinggi dibanding
profesional di Singapura (32%) yang mengatakan hal ini sebagai faktor
penting dalam memutuskan untuk menerima sebuah pekerjaan. {
Baca : FGD}
“Peningkatan jumlah kandidat aktif merupakan kabar baik bagi para
perekrut di Indonesia. Namun mereka juga akan menghadapi tekanan terkait
kompensasi, mengingat lebih dari setengah profesional di Indonesia
menilai hal ini sebagai prioritas utama,” kata Feon Ang, Direktur Talent
Solution LinkedIn untuk Asia-Pasific dan Jepang dalam rilisnya. {
Baca : CLT}
“Kita semua ingin bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki reputasi
bagus. Brand perusahaan yang kuat dan unik dapat membantu mengalihkan
tekanan terkait kompensasi ini. Di sisi lain, tim HR perlu membuat
strategi untuk menjaga agar kandidat merasa betah.” {
Baca : Observasi}
Penelitian LinkedIn, jaringan profesional online terbesar di dunia tersebut, juga mengungkapkan, profesional di Indonesia lebih banyak bergantung pada saluran online untuk mencari pekerjaan, dibandingkan dengan iklan ataupun website perusahaan.
Lebih dari setengah (57%) dari profesional di Indonesia yang disurvei
memanfaatkan situs pencari pekerjaan online untuk mengakses berbagai
kesempatan kerja, hampir sama jumlahnya dengan yang memanfaatkan
jaringan profesional online seperti LinkedIn (56%).
Di samping itu, perusahaan juga tidak boleh mengesampingkan pengaruh
teman dan kolega, mengingat sebanyak 47% profesional di Indonesia masih
bergantung pada informasi dari mulut-ke-mulut dalam mencari pekerjaan.
“Untuk memenangkan perang pencarian kandidat, harus membangun brand
perusahaan yang kuat. Caranya, dengan memaksimalkan penggunaan jaringan
profesional online dan memanfaatkan karyawan sebagai ambassador. Ini
juga cara yang jitu untuk menarik perhatian kandidat pasif yang
jumlahnya mencapai 66% di Indonesia,” kata Ang.
Jika Anda Memerlukan Riset Pemasaran
WhatsApp
No: 0838 9312 8913