Posted by DKT RISET PEMASARAN on Friday, January 8, 2016
MENGETAHUI karakter pasar yang dituju menjadi salah satu hal penting
dalam berbisnis. Tak jarang, salah dalam melakukan pemetaan pasar
menjadi faktor kegagalan bisnis.
Penulis buku
The Power of Kepepet
dan Pendiri Young Entrepreneur Academy, Jaya Setiabudi mengungkapkan
bahwa beberapa kali dia mengalami kebangkrutan dalam menjalankan
bisnisnya. Berbagai macam ilmu pemasaran dia pelajari dan terapkan,
tetapi tidak semuanya berhasil diterapkan.{
Baca : Konsep Pemasaran}
“Setelah menjajal
ilmu-ilmu pemasaran, saya menyimpulkan jangan gunakan ilmu pemasaran
untuk perusahaan level multinasional untuk UMKM,” paparnya. {
Baca : Segmentasi Pasar}
Untuk
itu, dia menyusun beberapa langkah praktis terkait riset pemasaran yang
bisa diterapkan oleh para calon pelaku usaha sebelum menjalankan
bisnisnya. Teknik riset pemasaran ini juga dinilai murah dan tidak
memerlukan biaya besar seperti riset-riset profesional. {
Baca : Apa itu Riset Pemasaran}
1. Numpang Beken
Carilah
perusahaan besar yang memiliki karyawan setarget dengan usaha yang akan
dilakukan. Jika sudah ditemukan, cobalah untuk membuka usaha di sekitar
perusahaan tersebut.
“Misalnya mau buka warung makan dengan target selevel karyawan perbankan, maka tinggal buka warung di dekat bank,” katanya. {
Baca : Observasi}
2. Numpang Riset
Pelaku
usaha pemula bisa memanfaatkan hasil riset yang sudah dilakukan
perusahaan besar. Misalnya sebuah minimarket besar sudah pasti melakukan
studi kelayakan sebelum membuka toko, mulai dari kepadatan penduduk dan
potensi pasar. {
Baca : Consumer Behaviour}
“Karena perusahaan tersebut sudah jelas melakukan
riset sebelum membuka toko, berarti potensinya besar. Hal itu bisa
dijadikan sebagai langkah awal untuk memilih lokasi usaha,” imbuhnya.
3. Menyeberang Jalan
Ketika
akan menentukan lokasi untuk berjualan, kepadatan lalu lintas menjadi
salah satu indikator potensi pasar. Daripada menghitung trafik lalu
lintas secara manual, pelaku usaha cukup menyeberang jalan beberapa kali
untuk melihat arus lalu lintas.{
Baca : Metode Penelitian}
“Cukup menyeberang jalan tiga
kali bolak-balik, bisa menyeberang dengan lancar atau tidak. Kalau bisa
menyeberang jalan tanpa tengak-tengok, berarti jalanan sepi dan jangan
buka usaha di tempat itu,” katanya.
4. Sebar Brosur
Sebelum
benar-benar membuka bisnis, pelaku usaha bisa mengetes pasar dengan
cara menyebarkan brosur jenis usaha yang akan dibuka dan menyantumkan
nomor telepon yang bisa dikontak. Jika respons yang didapatkan cukup
baik, berarti ada permintaan dan pasar yang cukup besar.
5. Pasang Iklan
Serupa
dengan menyebar brosur, pemasangan iklan bisa dipilih sebagai cara
untuk melihat pasar. Sebaiknya memasang iklan di berbagai media sosial,
karena di sana akan ada fitur yang memfasilitasi pemasang iklan untuk
menentukan target pasar yang dibidik.
“Di Facebook ada fitur di
mana kita bisa memilih iklan tersebut akan ditampilkan untuk pengguna
dengan jenis kelamin apa, lokasi, usia, hingga tingkat pendidikan,
tinggal dipilih mana yang sesuai dengan produk kita,” katanya.
6. Tes produk
Daripada
membuat kuisioner atau melakukan FGD, Jaya menyarankan supaya pelaku
usaha langsung mengetes produknya ke pasar dalam jumlah tertentu. Produk
tersebut bisa dijadikan sebagai snack pada saat event khusus, misalnya
pertemuan warga atau arisan.
“Kalau mayoritas yang hadir meminta
lagi makanan yang kita sajikan, bisa jadi itu menjadi indikator produk
diterima pasar,” ujarnya. {
Baca : Product Development}
Menurutnya, riset pasar tersebut bisa
dilakukan dalam kurun waktu satu bulan, sebelum pelaku usaha benar-benar
menjalankan bisnisnya. Selama satu bulan itu, sebaiknya calon pengusaha
melakukan berbagai macam riset dengan target market yang beragam hingga
ditemukan pasar yang cocok dan sesuai dengan bisnisnya.
Di sisi
lain, untuk meminimalisasi risiko saat membuka usaha, calon pelaku usaha
juga bisa memberikan layanan pesan antar ketimbang langsung membuka
toko. Hal ini dinilai lebih praktis dan tidak memerlukan modal besar
untuk menyewa tempat.
“Untuk awal bisa dengan memberikan subsidi
layanan antar gratis, setelah beberapa lama nanti bisa dilihat mayoritas
konsumen dari daerah mana. Di lokasi tersebutlah bisa menjadi sarang
semut yang dibidik untuk membuka usaha permanen,” katanya.
Selain
itu, setelah bisnis berjalan, juga harus secara rutin berkomunikasi
dengan konsumen dan meminta tanggapan atas produk dan layanan yang
diberikan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan masukan demi perbaikan
produk ke depannya.
Jika Anda Memerlukan Riset Pemasaran
WhatsApp
No: 0838 9312 8913